Semerbak Wangi Bau Mulut


Oleh:  mulut yang tidak sedap  memang sedikit menggangu bagi diri sendiri atau lawan bicara kita, kadang membuat kita menjadi sungkan membuka mulut untuk berbicara, lebih-lebih saat puasa bau mulut semakin  memburuk.
Adapun penyebabnya dilansir dari  Rebublik co. id. disebabkan Saat berpuasa kita tidak makan dan minum (kecuali antara waktu berbuka hingga sahur), asupan cairan terbatas. Lalu tak ada stimulus saliva yakni agen pembersih alami, mengandung enzim antibakteri dan menjaga keseimbangan bakteri dalam mulut. Kalau asupan cairan kurang dan tidak ada stimulus saliva, maka laju saliva menurun, sehingga penumpukan bakteri terjadi, memicu terjadinya halitosis (Bau mulut ).

Namun kalau kita lihat dari disisi agama Bau mulut yang tidak sedap itu, justru merupakan sebuah keistimewaan tersendiri bagi orang yang berpuasa bahkan Makruh untuk menghilangkan nya. diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Sahih-nya:

وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَخُلُوْفُ فَمِّ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللهِ تَعَالَى مِنْ رِيْحِ الْمِسْكِ


Artinya, “Demi Zat yang berkuasa atas nyawaku, sungguhbau mulut orang puasa itu lebih wangi menurut Allah daripada bau misik.”

Al-Bujairimi dalam Tuhfatul Habib ala Syarhil Khatib terkait makna hadits ini menjelaskan .
قَوْلُهُ: (أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ) أَيْ أَطْيَبُ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ الْمَطْلُوبِ فِي يَوْمِ الْجُمُعَةِ وَالْعِيدَيْنِ أَيْ أَكْثَرُ ثَوَابًا مِنْ ثَوَابِ رِيحِ الْمِسْكِ الْمَطْلُوبِ، فَلَا يَرِدُ أَنَّ الشَّمَّ مُسْتَحِيلٌ عَلَيْهِ تَعَالَى، أَوْ مَعْنَى كَوْنِهِ أَطْيَبَ عِنْدَ اللَّهِ ثَنَاؤُهُ تَعَالَى عَلَيْهِ وَرِضَاهُ بِهِ
[حاشية البجيرمي على الخطيب = تحفة الحبيب على شرح الخطيب، ١٢١/١]
Artinya, “Yang dimaksud dalam qaul ‘lebih wangi menurut Allah’ adalah lebih wangi daripada bau minyak misik yang diperintahkan untuk memakainya ketika hari Jum'at dan dua shalat Id, atau maksudnya adalah pahalanya lebih banyak daripada pahala menggunakan minyak misik pada hari Jumat atau dua hari raya. Sungguh, mencium adalah hal yang mustahil bagi Allah SWT sehingga yang dimaksud dengan ‘lebih wangi menurut Allah’ adalah pujian dan ridha-Nya terhadap orang yang berpuasa.”

Imam Nawawi menjelaskan dalam Syarah muslim.
وَاحْتَجَّ أَصْحَابُنَا بِهَذَا الْحَدِيثِ عَلَى كَرَاهَةِ السِّوَاكِ لِلصَّائِمِ بَعْدَ الزَّوَالِ لِأَنَّهُ يُزِيلُ الْخُلُوفَ الَّذِي هَذِهِ صِفَتُهُ وَفَضِيلَتُهُ وَإِنْ كَانَ السِّوَاكُ فِيهِ فَضْلٌ أَيْضًا لِأَنَّ فَضِيلَةَ الْخُلُوفِ أَعْظَمُ وَقَالُوا كَمَا أَنَّ دَمَ الشُّهَدَاءِ مَشْهُودٌ لَهُ بِالطِّيبِ وَيُتْرَكُ لَهُ غُسْلُ الشَّهِيدِ مَعَ أَنَّ غُسْلَ الْمَيِّتِ وَاجِبٌ فَإِذَا تُرِكَ الْوَاجِبُ لِلْمُحَافَظَةِ عَلَى بَقَاءِ الدَّمِ الْمَشْهُودِ لَهُ بِالطِّيبِ فَتَرْكُ السِّوَاكِ الَّذِي لَيْسَ هُوَ وَاجِبًا لِلْمُحَافَظَةِ عَلَى بَقَاءِ الْخُلُوفِ الْمَشْهُودِ لَهُ بِذَلِكَ أَوْلَى وَاللَّهُ أَعْلَمُ
[شرح النووي على مسلم ,8/30]
Artinya, "Dengan hadits tersebut ulama madzhab Syafi'i berhujah tentang kemakruhan  bersiwak bagi orang yang berpuasa setelah zawal (matahari condong kearah barat) itu dikarenakan siwak dapat menghilangkan bau mulut ( khuluf), meskipun siwakan merupakan keutamaan namun keutamaan bau mulut lebih utama, seperti halnya darah mati syahid yang dipersaksikan dengan berbau wangi, oleh karenanya mayitnya tidak dimandikan padahal memandikan mayit hukumnya wajib, apabila meninggalkan kuwajiban untuk menjaga keutuhan darah yang dipersaksikan dengan bau wangi, maka meninggalkan siwakan lebih utama, sebab bukan sebuah kuwajiban, supaya bau mulut tetap terjaga".

زَادَ الْبُجَيْرِمِيُّ، فَإِنْ قِيلَ لِأَيِّ شَيْءٍ كُرِهَ الِاسْتِيَاكُ بَعْدَ الزَّوَالِ لِلصَّائِمِ وَلَمْ تُكْرَهْ الْمَضْمَضَةُ مَعَ أَنَّهَا مُزِيلَةٌ لِلْخُلُوفِ أُجِيبُ بِأَنَّ السِّوَاكَ لَمَّا كَانَ مُصَاحِبًا لِلْمَاءِ وَمِثْلُهُ الرِّيقُ كَانَ أَبْلَغَ مِنْ مُجَرَّدِ الْمَاءِ الَّذِي بِهِ الْمَضْمَضَةُ اهـ قَوْلُ الْمَتْنِ
[ تحفة المحتاج في شرح المنهاج وحواشي الشرواني والعبادي، ٢٢٢/١]
Artinya, Albujairimi memberikan tambahan " bila ditanyakan kenapa siwak setelah zawal bagi orang yang berpuasa dimakruhkan sedangkan berkumur tidak, padahal berkumur juga dapat menghilangkan khuluf (bau mulut), maka jawabannya adalah; bahwasanya siwak saat bercampur dengan air seperti itu juga ludah akan lebih kuat dalam menghilangkan bau mulut dibandingkan berkumur dengan air".

Kemakruhan bersiwak ini mulai dari zawal sampai ghurub (Magrib), meskipun mulut tidak berubah atau perubahanya bukan disebabkan oleh puasa melainkan semisal karena tidur menurut Ibnu Hajar.
Adapun Alasan kenapa kemakruhan siwakan hanya berlaku setelah zawal bukan dari pagi itu disebabkan karena perubahan bau mulut dipagi disebabkan oleh sisa-sisa makanan dimalam hari, berbeda dengan bau mulut yang timbul setelah zawal yang memang penyebabnya adalah keadaan berpuasa sebelumnya.

(ويكره) للصائم ولو نفلاً (السواك بعد الزوال) إلى الغروب وإن لم يتغير فمه من الصوم، بل من نحو نوم عند (حج)؛ للخبر الصحيح: "لخلوف فم الصائم يوم القيامة أطيب عند الله من ريح المسك"، وهو -بضم الخاء المعجمة- التغير، واختص بما بعد الزوال؛ لأنه غالباً ينشأ من الصوم بعده، وقبله من أثر الطعام.

[بشرى الكريم بشرح مسائل التعليم، صفحة ٥٦٧]
Walhasi: bau mulut nya orang yang sedang berpuasa mempunyai keistimewaan tersendiri disisi Allah, sehingga digambarkan baunya melebihi wanginya minyak misk, Maksudnya pahalanya lebih besar dibandingkan dengan memakai minyak misik dihari-hari yang disunnahkan mengunakannya seperti hari Jum'at dan kedua hari raya dll, oleh karenya ulama Madzhab Syafi'i Memakruhkan siwakan setelah zawal karna ditenggarai bisa menghilangkan keistimewaan tersebut, konklusi hukum tersebut menyamakan dengan dilarangnya menghilangkan darah orang yang mati syahid, karna bagi orang yang mati syahid darah yang berlumuran merupakan keutamaan tersendiri baginya.

Comments

Popular posts from this blog

Tahqiqul Manath dalam Khilafiyah Penyelenggaraan Shalat Jumat

Al IMAN BULUS VERSI MAJALAH HIDAYAH

Apa Bagaimana dan untuk Apa Silaturrahim